RECENT POST

Saturday, January 9, 2010

MEMASYARAKATKAN AL QUR’AN DAN MENG-AL QUR’AN-KAN MASYARAKAT


Marilah kita selalu berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dengan penuh rasa mendekatkan diri kepada-Nya dan penuh mengucapkan rasa syukur atas segala nikmat yang telah kami terima bersama.

Kita hidup ini adalah penuh tanggung jawab untuk menanggung tugas dan amanat yang telah diberikan oleh Allah. Kita hidup ini semata-mata atas takdir Allah dan kewajiban kita sebagai manusia tidak lain adalah untuk beribadah kepada Allah dengan tulus dan suci. Oleh karena itu segala kejadian apapun yang telah menimpa kepada manusia ini adalah semata-mata musibah yang telah ditakdirkan oleh Allah, kitapun harus tabah menerimanya dengan penuh mendekatkan diri kepada-Nya.
Bagi kita yang masih hidup ini, sebagai pelajaran dan peringatan untuk menghitung masa hidup ini, sehingga bisa menambah amal kebaikan, mengurangi amal yang jelek sedikit demi sedikit, yakni mengurangi maksiat kepada Allah dengan penuh kesadaran, mengurangi dan menghilangkan rasa jelek kepada sesama manusia, akhirnya bisa suci bersih dari maksiat kepada Allah dan berbuat baik terhadap sesama manusia, yakni menghilangkan rasa iri hati, menghina, sombong. Sebab semua itu akan menimbulkan perpecahan dan kehancuran belaka.
Imam Ghazali mengatakan dalam kitab Badiyah sebagai berikut : “Sesungguhnya siang dan malam itu ada 24 jam, maka jika engkau tidur semalam itu ada 8 jam, maka kalau umur itu sampai 60 tahun berarti yang 20 tahun untuk tidur saja.
Begitu juga jika untuk bekerja sehari itu 8 jam berarti 20 tahun untuk bekerja saja. Belum juga untuk makan dan minum untuk santai dengan perkara yang lain, seperti bermain sekhaq, halma mengisi teka-teki silang, nonton TV itu mencapai 4 jam sehari semalam, berarti 10 tahun untuk perkara LOGHO saja. Berarti usia 60 tahun itu yang 50 tahun untuk yang lain-lain, hanya 10 tahun yang suci untuk ibadah, benarkan itu bisa menjamin atas mendapat keridhaan Allah dengan sepenuhnya.
Oleh karena itu, Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Kahfi ayat 103-105 :

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
Artinya :
“Katakanlah, maukah Kami kabarkan kepadamu, orang-orang yang merugi perbuatannya?”.
“Yaitu orang-orang yang telah sesat usahanya di dunia itu, sedangmereka menduga bahwa usahanya itulah yang lebih baik”.
“Itulah mereka yang mengkufuri akan ayat-ayat Tuhan Allah dan tentang menemui-Nya. Maka hapuslah pahala perbuatan mereka. Dan tidaklah kami mengadakan suatu penilaian bagi amalan mereka pada hari kiamat”. (Q.S. Al Kahfi ayat 103-105).
Oleh karena itu, sebagai bekal kita hidup bahagia dan sejahtera di dunia sampai akhirat, marilah kembali kepada konsep Al Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Sebab manusia ini tidak tergantung dengan sehat jasmani melalui jalan olah raga dan sebagainya, tetapi harus diimbangi dengan sehat rohani. Inilah yang menentukan. Sebab kalau tidak, manusia akan berjiwa materialistis dan meninggalkan ketaqwaan dan ketaatan kepada Allah dan Raul-Nya.
Ketahuilah para hadirin yang budiman. Hasil penelitian LIPI 1982 M. Di daerah Indonesia menyimpulkan bahwa : ternyata masyarakat sekarang telah mengambil pilihan tentang makna hidup ideal sebagai berikut :
1. Hidup untuk bekerja, didukung oleh + dari 75%
2. Hidup untuk bersenang-senang didukung + 20%
3. Hidup untuk beramal dan berbakti didukung oleh 4,5%
Betapa jauhnya antara yang berbakti dengan yang lainnya. Begitu juga atas penyelidikan LIPI tahun 1980 M. Tentang situasi Remaja masa kini :
1. Remaja masa kini lebih tertarik dan taat kepada agama adalah + 46%
2. Remaja masa kini lebih jauh dari agama 35%
3. Remaja masa kini sama sikapnya terhadap agama 19%
Faktor-faktor ini adalah penyebabnya antara lain pengaruh kebudayaan dari luar, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disalahgunakan, dan perubahan lingkungan bio fisika.
Oleh karena itu, saya ma’syaral muslimin rh. Terutama generasi muslim. Kita sehatkan rohani kita, isi mental kita dengan “memasyarakatkan Al Qur’an dan meg Al Qur’an-kan masyarakat” dengan jalan mendengarkan ceramah-ceramah agama, pengajian,pengajian, belajar Al Qur’an mulai dari bacaannya isinya dan mengamalkannya, di mana-mana tempat, di rumah kita dengungkan bacaan Al Qur’an, di langgar, di pesantren-pesantren dan tempat-tempat pendidikan yang lain terutama di sertai banyak baca istighfar dan sholawat kepada Nabi besar Muhammad SAW agar hidup kita ini di dunia mendapat selamat dan bahagia sampai di akhirat.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Artinya :
“Wahai sekalian orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu itu sampai melalaikan kamu semau dari berdzikir kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian itu, maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (Q.S Al Munafiqun : 9).

0 comments:

Post a Comment

di tunggu kritik dan sarannya

RELATED POST

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template