RECENT POST

Sunday, January 10, 2010

CARA BEKERJA MENURUT ISLAM

Sudah diketahui, bahwa Islam mewajibkan kepada umatnya untuk bekerja. Tetapi masing-masing orang akan bekerja menurut thabiatnya sendiri-sendiri. Oleh sebab itu lapangan kerja tersebut akan bermacam-macam. Al Quran antara lain menyebutkan : pertanian, peternakan, perikanan, pertambangan, perindustrian, kerajinan, kesenian, kesehatan, peradilan, pemerintahan, keamanan, pengangkutan, perburuhan, perdagangan, pendidikan dan keagamaan.

Sudah tentu masingmasing lapangan kerja mempunyai cara kerja tersendiri untuk penggarapannya. Mustahil lapangan kerja pertanian dapat digarap dengan cara kerja lapangan kerja perikanan dan begitu pula sebaliknya.
Tapi walaupun demikian tentu ada juga cara kerja yang berlaku umum, artinya yang dapat dipakai semua lapangan kerja. Al Quran mengajarkan cara kerja yang berlaku umum ini sebagai berikut :
1. Mencari sebab-sebab bagi anda atau terjadinya sesuatu. Sebab Al Quran mengakui, bahwa segala sesuatu itu terjadi dengan sebab-sebab tertentu. Oleh sebab itu Al Quran memerintahkan untuk mencari sebab-sebab bagi sesuatu, seperti yang tersebut dalam surat Shad ayat 10 yang berbunyi :

   
Artinya :
“Maka hendaklah mereka naik pada (mencari) sebab-sebab”. (Q.S. Shad : 10).
Mencari sebab-sebab itu hendaklah dilakukan dengan cara :
a. Meneliti pertistiwa atau pengalaman manusia pada masa lalu. Dalam hal ini Al Quran memerintahkan kepada manusia untuk mengembara di muka bumi dalam rangka mengadakan penelitian terhadap peristiwa atau pengalaman manusia pada masa yang lalu, sehingga diketahui sebab-sebab dari peristiwa tersebut atau sebab-sebab dari maju atau hancurnya manusia-manusia yang terdahulu itu, antara lain sebagaimana dalam surat Ar Rum ayat 42, yang berbunyi :

              
Artinya :
“Ketakanlah, mengembaralah kau di muka bumi, lalu telitilah bagaimana kesudahan orang-orang sebelum kamu”. (Q.S. Ar Rum : 42.)
b. Mengadakan penelitian ilmiah, artinya mengadakan penelitian terhadap hal-hal atau peristiwa-peristiwa atau benda-benda tertentu dari sudut pandang salah satu cabang ilmu, seperti ilmu ekonomi, sehingga diketahui sebab-sebab terjadinya hal-hal atau pertiswa-peristiwa tersebut atau adanya benda-benda tersebut. Dalam hal ini Al Quran memerintahkan kepada manusia untuk mengadakan penelitian terhadap segala sesuatu yang telah diciptakan oleh Allah, antara lain sebagaimana tersebut dalam surat Al A’raf yat 185 yang berbunyi :

        
Artinya :
“Apakah mereka tidak mau mengadakan penelitian terhadap kerajaan langit dan bumi dan apa-apa yang telah Allah ciptakan”. (Q.S. Al A’raf : 185).
c. Mengadakan analisa filosufis, artinya merenungkan sebab-sebab adanya atau terjadinya sesuatu dengan mempergunakan hasil dari berbagai cabang ilmu, sehingga ditemukan sebab-sebabhakiki sesuatu itu. Seperti yang dilakukan oleh Schumacher tentang sebab terjadinya krisis ekonomi di dunia, sehingga beliau berkesimpulan : “Dunia kemanusiaan tidak pernah mengalami krisis ekonomi, karena setiap krisis pada hakikatnya merupakan krisis moral”. Apalagi di dunia modern ini dunid kemanusiaan begitu kaya dan pintarnya, tetapi moral manusia modernbegitu rusaknya. Sehingga Jose Ortega Y Gosset (Filosof Spanyol) mengatakan : “Dunia modern adalah dunia yang biadab”.
Dalam hal ini Al Quran memerintahkan untuk mengadakan penelitian terhadap penciptaan langit dan bumi, sehingga sampai pada kesimpulan bahwa Allahlah pencipta segala sesuatu yang ada di dalam alam ini dan Ia menciptakan semua itu bukan sia-sia, sebagai yang tersebut dalam surat Ali Imran ayat 191, yang berbunyi :

         
Artinya :
“Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptaan ini sia-sia”. (Q.S Ali Imran : 191).
d. Mengadakan peninjauan dari segi agama. Sebab di dalam Al Quran dan Sunnah Nabi sudah ada pula keterangan tentang sebab adanya atau terjadinya sesuatu, seperti tentang sebab timbulnya bencana di dalam suatu negeri karena keingkaran terhadap nikmat Allah, seperti yang disebutkan dalam surat An Nahl ayat 112 yang berbunyi :

      •            •      
Artinya :
“Dan Allah telah memberikan percontohan sesuatu negeri yang amandan sentosa, rezekinya datang dengan banyak dari segala penjuru, kemudian mereka ingkari nikmat Allah itu, karena itu Allah rasakan kepada mereka kelaparan dan ketakutan lantaran apa-apa yang mereka kerjakan itu”. (Q.S. an Nahl : 112).
Jadi negeri tersebut tertimpa bencana adalah disebabkan oleh keingkaran penduduknya terhadap nikmat Allah.
Itulah cara-cara yang diajarkan oleh Al Quran kepada manusia untuk mencari sebab-sebab ada atau terjadinya sesuatu. Kalau cara-cara tersebut dipraktekkan oleh manusia dengan sebaik-baiknya, maka pasti sebab-sebab yang diperlukan oleh manusia untuk memajukan kehidupan mereka atau untuk menanggulangi segala masalah yang mereka hadapi, akan mereka temukan.
2. Kalau sebab-sebab itu sudah ditemukan, maka sekarang datanglah kewajiban untuk melaksanakannya. Pelaksanaannya itu haruslah dilakukan :
a. Dengan sebaik-baiknya, yaitu sebaik-baiknya dalam perencanaan, dalam pengerahan tenaga, dalam pengerahan alat, dalam pengerahan dana dan sebagainya. Sebab Allah menyatakan, bahwa Ia hanya akan menerima amal-amal yang dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sebagaimana difirmankan-Nya :

      
Artinya :
“ Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal-amal yang mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya”. (Q.S. Al Ahqaf : 16).
b. Dengan bertahap atau bencana. Sebab Allah menyatakan, bahwa manusia akan meningkat maju hanyalah setahap demi setahap, sebagaimana difirmankan-Nya :

لَتَرْكَبُنَّ طَبَقًا عَنْ طَبَقٍ
Artinya :
“Sesungguhnya kamu akan meningkat setahap demi setahap”. (Q.S Al Insyiqaq : 19).
c. Dengan disiplin yang tinggi.
Sebab Allah menyatakan, bahwa orang yang akan sukses sebenar-benarnya sukses hanyalah orang yang mentaati aturan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana difirmankan-Nya :

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Artinya :
“Dan barang siapa yang mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya dia akan sukses sebenar-benarnya sukses”. (Q.S Al Ahzab).
Disiplin artinya ialah mentaati aturan.
d. Dengan cermat (rapi) dan hati-hati.
Sebab Nabi Muhammad SAW menyatakan, bahwa Allah cinta kepada orang yang merapikan (mencermatkan) pekerjaannya, sebagaimana disabdakannya :
“Sesungguhnya Allah cinta kepada seseorang kamu yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, dia rapikan pekerjaan tersebut”.
(HR. Baihaqi).
e. Dengan keahlian (profesional)
Sebab Nabi Muhammad SAW menyatakan mabha apabila sesuatu dikerjakan oleh orang yang tidak ahli, maka pasti akan hancur, sebagaimana disabdakannya :
“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”. (HR. Bukhari).
Itulah antara lain cara-cara yang terpenting untuk melaksanakan sebab-sebab adanya atau terjadinya sesuatu menurut Islam.
Dari semua keterangan diatas jelaslah bagi kita, bahwa Islam telah emmberikan petunjuk yang lengkap tentang cara bekerja untuk sukses. Sekarang mari kita introspeksi diri kita apakah petunjuk tersebut sudah kita kerjakan? Kalau belum pantas saja kita tertinggal oleh umat-umat lain.

0 comments:

Post a Comment

di tunggu kritik dan sarannya

RELATED POST

Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template